SENI
BUDAYA
TARI
REJANG DEWA
OLEH
:
1.
CHRISTINA
BRITNEY LAKE (02)
2.
NI
MADE DWI WAHYUNI APRILIA (12)
3.
NI LUH PUTU INDAH PUTRI DENANTHI (13)
4.
NI WAYAN SRI AYUNI (15)
5.
PUTU
WINIASTITI (17)
SMK
TI BALI GLOBAL JIMBARAN
Tahun
Ajaran 2017/2018
Kata
Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang maha Esa atas segala
limpahan rakhmat-Nya dan berkah-Nya kepada kita semua, sehingga makalah yang kami
buat ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak lain yang telah
berkontribusi dengan memberikan kami informasi, pengetahuan maupun pikiran
tentang materi yang kami buat.
Dengan harapan penuh kami, kami menginginkan para
pembaca dapat memahami, mempelajari dan menambah pengetahuan tentang makalah
ini. Bagi para pembaca, semoga kedepannya dapat memperbaiki bentuk makalah yang
kami buat dan menambahkan suatu pemikiran dan pengetahuan yang berkaitan dengan
makalah ini.
Karena keterbatasan pemikiran dan pengetahuan makalah
ini, kami yakin masih banyak kekurangan-kekurangan materi dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan dan mengharapkan para pembaca dapat
mengkritik dan memberi saran yang membangun sehingga dapat menyempurnakan
makalah yang sudah kami buat ini.
Badung, Februari
2018
Penulis
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tari
Rejang Dewa adalah tarian tradisional yang merupakan warisan budaya bagi
masyrakat Bali. Selain sebagai salah satu warisan budaya, tarian ini juga dipercaya
memiliki nilai-nilai penting di dalamnya khususnya makna spiritual, sehingga
juga dipercaya sebagai tarian yang suci dan dilakukan dengan penuh rasa
pengabdian.
Menurut
beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Rejang diperkirakan sudah ada sejak
jaman pra-hindu. Pada zaman Bali kuno bisa dikategorikan menjadi dua transformasi:
(1) lewat guru-guru tua yang memberikan pelajaran secara personal (2) kateori
yang berbau gaib, yakni transformasi ketika seorang penari hanya bertindak
sebagai medium. Kategori ini sering ditemu pada penari-penari suci atau yang
belum akil balik. Mereka mengalami proses kerawuhan-suatu ecstay, dan menari
dalam keadaan kehilangan kesadaran saat menari Rejang, Pendet atau tari Sang Hyang
di pura-pura Hindu (Bandem, 1996:67)
Konon
ceritanya peperangan itu menceritakan tentang peperangan Dewata /awasanga
dengan para Raksasa ketika memutar Gunung Manara berebut air suci (tirtha Amerta).
Ketika itu para Dewa diiringi oleh para Gandarwa yang membawa alat
bunyi-bunyian berupa gamelan. Akhirnya peperangan dimenangkan oleh pihak Dewata
/awasanga, dan tirtha amerta yang diperoleh itu dipakai untuk menikmati
kehidupan di dunia.
Dalam
perkembangannya, Tari Rejang ini masih terus ada hingga sekarang. Selain
sebagai warisan budaya, Tari Rejang ini juga merupakan bagian dari upacara
keagamaan masyarakat Hindu di Bali. sehingga tarian tersebut tidak bisa dilepaskan
dari kehidupan masyarakat di sana. Dalam pertunjukan Tari Rejang ini juga tidak
dilakukan oleh penari khusus sehingga dapat diajarkan secara turun-temurun dan
keahlian dalam menari tidak terhenti begitu saja.
1.2. Rumusan Masalah
Menjelaskan
lebih rinci bagaimana Sejarah dari Tari Rejang Dewa srta menjelaskan unsur –
unsur apa saja yang ada serta mendukung Tari Rejang Dewa.
BAB II PEMBAHASAN
Gambar
1 Penari Rejang Dewa
2.1. Pengertian Tari Rejang
Tari Rejang adalah tarian tradisional
masyarakat Bali dalam
menyambut kedatangan serta menghibur para dewa yang datang dari Khayangan dan turun ke
Bumi. Tarian rejang ini secara khusus ditampilkan pada waktu berlangsungnya suatu
upacara adat atau keagamaan masyarakat Hindu di Bali. Selain sebagai salah satu
warisan budaya, tarian ini juga dipercaya memiliki nilai-nilai penting di
dalamnya khususnya makna spiritual, sehingga juga dipercaya sebagai tarian yang
suci dan dilakukan dengan penuh rasa pengabdian.
2.2. Sejarah Tari Rejang Dewa
Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Rejang
diperkirakan sudah ada sejak jaman pra-Hindu. Tarian ini dilakukan sebagai
persembahan suci untuk menyambut kedatangan para dewa yang turun ke Bumi. Di
kalangan masyarakat Hindu Bali, Tari Rejang ini selalu ditampilkan pada
berbagai upacara adat dan keagamaan yang diselenggarakan di pura seperti
upacara Odalan. Selain itu di beberapa tempat di Bali, tarian
ini juga tampilkan setiap tahunnya, sebagai bagian dari upacara peringatan
tertentu di lingkungan desa mereka.
Gambar 2
Penari Rejang Zaman Dahulu
Tari Rejang ini biasanya ditarikan oleh
sejumlah penari wanita secara berkelompok maupun secara masal. Pada umumnya
mereka bukanlah para penari profesional, sehingga dapat dilakukan oleh siapa
saja baik wanita tua, setengah baya, maupun muda yang sudah didaulat atau
disucikan sebelum menarikan tarianini. Walaupun begitu, dalam pertunjukan tari
ini biasanya juga terdapat beberapa orang penuntun yang disebut Pamaret, yaitu
seorang yang sudah berpengalaman melakukannya. Pamaret ini biasanya berada di
barisan paling depan agar para penari pemula bisa mengikuti gerakannya.
Busana yang digunakan pada Tari Rejang ini
biasanya merupakan pakaianadat masyarakat Bali yang didominasi warna kuning dan
putih. Busana tersebut terdiri dari kain putih panjang yang di kenakan dari
bawah sampai pinggang penari. Pada bagian atas merupakan serangkaian kain
panjang seperti selendang yang berwarna kuning dililitkan di badan penari
menutupi kain putih bagian atas.
Sedangkan pada bagian kepala, penari
menggunakan mahkota yang dibuat dengan ornamen bunga-bunga. Untuk tata rias
yang digunakan para penari, biasanya lebih sederhana dan lebih terkesan
natural. Dalam pertunjukan Tari Rejang ini biasanya diiringi dengan musik
gamelan khas Bali. Musik gamelan tersebut pada umumnya adalah gong kebyar,
namun ada beberapa yang memakan gamelan lain seperti gamelan selonding atau
gamelan gambang. Selain itu dalam pertunjukan Tari Rejang ada pula yang
diiringi vokal seperti tembang atau kidung.
2.3.Fungsi
Tari Rejang Dewa
Seperti yang diungkapkan di atas, Tari Rejang ini merupakan tarian
persembahan suci dalam menyambut kedatangan para dewa yang datang dari
khayangan dan turun ke Bumi. Tarian ini berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur
dan penghormatan mereka kepada dewa atas berkenannya turun ke Bumi.
2.4.Pertunjukan Tari Rejang Dewa
Tari Rejang ini biasanya ditarikan oleh sejumlah penari wanita secara
berkelompok maupun secara masal. Pada umumnya mereka bukanlah para penari
profesional, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja baik wanita tua, setengah
baya, maupun muda yang sudah didaulat atau disucikan sebelum menarikan tarian
ini. Walaupun begitu, dalam pertunjukan tari ini biasanya juga terdapat
beberapa orang penuntun yang disebut Pamaret, yaitu
seorang yang sudah berpengalaman melakukannya. Pemaret ini biasanya berada di
barisan paling depan agar para penari pemula bisa mengikuti gerakannya.
2.5. Pengiring
Tari Rejang Dewa
Dalam pertunjukan Tari Rejang ini biasanya diiringi dengan musik gamelan khas Bali. Musik gamelan tersebut pada umumnya
adalah gong kebyar, namun ada beberapa yang memakan gamelan
lain seperti gamelan selonding atau gamelan gambang. Selain itu dalam pertunjukan Tari
Rejang ada pula yang diiringi vokal seperti tembang atau kidung.
2.6. Busana
Tari Rejang Dewa
Busana yang digunakan pada Tari Rejang ini biasanya merupakan pakaian adat
masyarakat Bali yang didominasi warna kuning dan putih. Busana tersebut terdiri
dari kain putih panjang yang di kenakan dari bawah sampai pinggang penari. Pada
bagian atas terdapat serangkaian kain Panjang seperti selendang yang berwarna kuning dililitkan di badan
penari menutupi kain putih bagian atas. Sedangkan pada bagian kepala, penari
menggunakan mahkota yang dibuat dengan ornamen bunga-bunga. Untuk tata rias
yang digunakan para penari, biasanya lebih sederhana dan lebih terkesan
natural.
Busana yang digunakan tari Rejang
Dewa menggunakan: tapih kuning, wastra putih, sabuk toros, selendang prada,
selendang putih, sedangkan aksesoris yang digunakan gelungan. busana rejang
adat : kamben putih, longtorso, kebaya dan selendang prada dengan aksesoris:
subeng, puspo lembo, cempaka emas.
2.7. Tata
Rias Tari Rejang Dewa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Tata Rias Wajah dan rambut Tari Rejang Dewa
dan Rejang Adat menggunakan tata rias yang menunjang penampilan dengan
menggunakan warna Eye Shadow biru, merah dan kuning, yang membedakan tata rias
tari ini pada pemakaian Gecek dan Ganda.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tari Rejang adalah tarian tradisional
masyarakat Bali dalam
menyambut kedatangan serta menghibur para dewa yang datang dari Khayangan dan turun ke Bumi. Menurut
beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Rejang diperkirakan sudah ada sejak
jaman pra-Hindu. Tarian ini dilakukan sebagai persembahan suci untuk menyambut
kedatangan para dewa yang turun ke Bumi. Tarian ini berfungsi sebagai ungkapan
rasa syukur dan penghormatan mereka kepada dewa atas berkenannya turun ke Bumi.
Tarian Rejang biasanya diiringi dengan gamelan yaitu gamelan selonding ataupun
gamelan gambang. Untuk Tata Rias dan Busana Tari Rejang terlihat lebih
sederhana dan masih memegang khas pakaian adat Bali.
3.2.Saran
Kita sebagai manusia yang berbudaya harus
dapat berprilaku sesuai norma atau aturan yang menjadi kebudayaan yang telah
diwariskan oleh nenek moyang kita. Kita juga wajib menghormati kebudayaan
dengan selalu menjaga dan memelihara kebudayaan tersebut.Sebagai manusia yang
tidak ingin tertinggal oleh zaman tentu kita selalu mengikuti kemajuan
teknologi namun kita sebagai manusia yang mempunyai budaya juga harus mampu
menyaring setiap dampak positif dan negative dari masuknya
kebudayaan asing sehingga kita bisa menjaga kebudayaan asli kita.
Komentar
Posting Komentar